Saturday, October 6, 2007

dunia pergerakan kampus

DUNIA PERGERAKAN KAMPUS TIDAK PERLU DI PERSOALKAN

Oleh: Muhammad Jamaluddin

Tulisan saudara Aang di Bulletin Suara PPMI, edisi 07/15-31 Maret 2007 rubrik Opini tidaklah membawa pengaruh pada masisir apalagi dunia pergerakan kampus yang memang sedang di digandrungi oleh mayoritas mahasiswa Indonesia dan Masisir saat ini. Sebab dalam pandangan Islam yang disinyalirkan oleh aktivis Islam pergerakan saat ini dimana antara intelektual dan spritual, ilmu dan amal , wacana dan realitas, fisik dan metafisik, belajar dan bergerak adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Walaupun dalam beberapa hal realitasnya tidaklah demikian, tapi untuk menuju kearah yang diidealkan masih tetap diusahakan.

Sebab itu tidaklah sewajarnya mempersoalkan dunia pergerakan kampus secara global hanya dengan alasan yang dilihat dari satu pihak dan dari satu sisi. Apalagi sampai pada kesimpulan bahwa "cita-cita bangsa indonesia dan ummat Islam pada umumnya untuk memiliki pemikir-pmikir kaliber internasional yang tangguh dan mampu memberikan kontribusi dan kemajuan peradaban akan susah diharapkan muncul dari islam haroki" (baca menyoal dunia pergerakan kampus).

Kesimpulan ini bukan saja terkesan terburu-buru, subyektif, tapi lebih dari anekdhot yang menggelikan, apalagi diskusi yang mereka lakukan dalam suasana santai sambil Ngopi terus membicarakan Islam pergerakan. Membecirakan dunia realitas dalam awang-awang dan hanyalan. Belum lagi kalau kita ingin berbicara tentang peradaban, apa yang dimaksud dengan perdaban islam dan apa karesteristik peradaban Islam itu., bagaimana langkah-langakah islam sebagi peradaban masa depan? tidak mungkn penulis jelaskan disini.

Hasil kesimpulan diatas Tak ubahnya seperti seorang komentator sepakbola yang mengomentari pertadingan sedang berlansung. Sang komentator hanya mengomentari kedua club sepak bola yang bertandinng tanpa menentuka posisi serta dukungan diantara duan club tersebut. Sebab itu dia berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap obyektif dalam menilai dan mengomentar kompetisi itu hingga pertandingan usai.

Lainya halnya dengan pemain sedang bertarung di medan kompetisi, mereka memiliki orientasi sebagai pemenang, bermain cantik dan menggolkan sebanyak mungkin ke arah mulut gawang lawan sehingga cita-cita yang direncanakannya menjadi kenyataan. Dan jangan kira para pemain tidak berfikir ketika permainan sedang berlansung, Cuma mungkin persoalannya pada fekwensi sinergi berfikir dan gerak harus tetap seimbang dan selalu berorientasi pada mulut gawang sabagi the main goal,

Sebab itu bagi penulis, penonton pertandingan sepakbola adalah lebih baik dari sang komentator. Kerena penonton menentukan posisi club kawan dan lawan dalam petandingan itu, memberikan support kepada para pemainnya, minmal berdo`a, ikut serta bergembira ketika club yang didukungnya menjadi pemenang, kecewa dan sedih tatakala club dukunganya kalah. sedang sang komentator tetap saja dalm posisinya sebagai komentator mengomentari yang menang bahkan juga yang kalah.

Sehingga penulis memiliki kesimpulan sendiri bahwa "peradaban islam akn sulit muncul dari para penyebar wacana intelektual yang gesang, apalagi hanya sekedar menganalisa dan berkomentar". Tapi bagaimanapun penulis tidak menyalahkan kiomentator atau analisator karena memang tugasnya seperti itu. dan tidak mesti semua aorang harus memilih jadi komentator atau analisator, karena hanya akan mengumpulkan segudang mimpi dan hayalan pada ruang awang-awang jauh dari realitas.

Penulis tidak menyalahkan pilhan priortas sebagai sorang pelajar dalam melakukan sesuatu (antara belajar dan bergerak), akan tetapi bukan berarti harus menunggu, mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya kemudian baru bergerak. Penulis memiliki interpretasi yang berbeda tentang prioritas, dimana mendahulukan salahsatu kemudian diikuti denganya yang lain (tidak meninggalkan yang lain). Dan mungkin masing-masing individu memiliki cara memaknai prioritas dalam bentuk realitas.

Sebab itu penulis sangat berharap kepada teman-teman yang sedanng menekuni dunia intelektual dan pemikiran maupun yang menekuni dunia yang lain untuk tidak saling menyoal dan menyalahkan antar satu dengan yang lainya. Apalagi yang dislahkan suatu kelompok (kelompok apaun) yang memiliki missi pembelaan terahadap Islam dan muslim. Berikan kontribusi posotif terhadap masa depan peradaban Islam yang kita cita-citakan bersama. Dan kita tidak perlu putus asa dan pesimis terhadap realitas dunia Islam saat ini. Sehingga dalam menyikapi peradaban yang ada sekarang tanpa daya kritis, seperti apa yang dilakukan oleh mustafa kamal ataturk dalam membangaun Turkish republic to modernize. Seperti dalam ungkapanya "talked of this civilization and that civilization; but only one civilization was alive and well and advancing, and that was what he called modernity, the civilization "of our time." All the others were dying or dead. And turkey`s choice was to join this civilization or be pert of a dying world. The one civilization was, of course, the West."

Sikap musthafa kamal diatas adalah sikap orang yang tidak memiliki landasn berpijak, mengikuti arah deras air mengalir, kemudian berhilir pada laut lepas yang menghayutkan dirinya sendiri.

Solusi untuk konteks mahasiswa mesir

Diakui maupun tidak diakui, disadari taupun tidak, mahsiswa yang berlabelkan Azhary adalah Da`i yang akan menegmban amanah da`wah. Dakwah dalam pengertian yang luas. Dengan itu perlunya para da`i masisir untuk menyatukan pandangan, langka serta orientasi dakwah yang akan disampaikannya ke masyarakat, sehingga tidak membingungkan masyarakat apalagi kalau samapai menyesatkan.

Dan penyatuan pikirin, pandangan, langkah dan orientasi mestilah dimualai dari dini dan hari ini. Paling tidak, ketika pulang kemasyarakat yang lebih luas,, pandangan dan orientasi bersama itu tinggal disinyalirkan pada seluruh lapisan masyarakat yang masih bingung dan lemah dalam pemahaman teantang keislaman. Bukan malah terjadinya konflik antara da`i di tengaha masyarakat serta meruncing permasalahan yang sudah muncul.

Persamaan Pandangan serta orientasi yang dimaksudkan penulis adalah hal-hal yang bentuknya umum, yang sudah jelas nash syar`inya ataupun ijtihad para ulama mutaqiddimin yang dinilai lebih bermaslahat bagi masyarakata. Seprti pandangan Umum kita tentang Islam, tentang Allah Swt, tentang Al Qura`an, tentang nabi meuhammad Saw, sunnah Rasul, para sahabat, Ulama. Yang tidak mungkin penulis jelaskan satu persatu disini secara detail. Tapi sebagi contoh, misalnya pandangan umum kita tentang Islam, sebagai agama fitrah, agama yang diridhoi Allah Swt, Agama yang komprehensif yang mengatur tatanan kehidupan dunia dan Akhirat, serta agama yang sempurna. Hal itu bisa kita lihat dalam karangan ulama kontemporer seperti Saayid kutub menjelaskan cara pandang seorang muslim terhadap islam dalam bukunya Al muqowwamatu Al Tassawrul Islam, atau dalam bukunya Khashois Al Tasswrul islamy kemudian dalam bukunya Yusuf Al Qordhowi, syumulul Islam, dalam bukunya muhammad Syaltut, Min taujihatil Al islam, Muhammad Qutub dalam bukunya, Al Islam kabadili anil Afkar wal akaidi al mustauradah, muhammad Imarah dalam buklunya, Haza huwa El islam, said hawa dalam bukunya El Islam, Muhammad Al Ghozali dalam bukunya, kaifa Nafhamul islam, dan secara gambalang Dr. Muhammad Al Dusuki menjelaskan tentang metodology risearc terhadap ilmu-ilmu Islam, dalam bukunya, Manhajul bahst fi ulumil islamiyah. Kajian beliu sekaligus membetuk cara pandang kita terhadap Islam secara menyeluruh.

Karena tidak lucu, kalau seorang masisir masih menghujat Nabi Muhammad, masih mempertanyakan kebenaran teks Al Quran yang bersumber dari Allah Swt, masih menuduh para sahabat memanipulasi kodvikasi Al Qura`an, manuduh para ulama mufassirin dan muhaddistin rigid stgnan, kolot dan tidak obyektif. Apalagi samapi masuk pada pada paham pluralisme Agama.

Pembentukan pandangan islami sangat penting, agar kita tidak terjebak dalam lubang intelektual yang ngmbang dan gersang. Dan pembentukan itu hendaklah dimulai dari dini dan disini.

Wallah A`lam

Daar ramses

6 Juni 2007

No comments: