Saturday, October 6, 2007

CARA PANDANG UMMAT ISLAM TERHADAP KEESAAN ALLAH

CARA PANDANG UMMAT ISLAM TERHADAP KEESAAN ALLAH

Cara pandang terhadap keesaan Allah mestilah dimulai dari keyakinan yang mendasar di dalam diri seorang muslim bahwa allah adalah tuhan, yang tidak tuhan selain diriNya. Hal itu sesui dengan kesaksianya dlam dua kalimat tauhid "Lailaha Illallah" yang menafikan segala jenis Ilah selain ketuhan Allah.

dengan keyakinan yang kuat terhadap kalimat tauhid ini akan membentuk karateristik, cara pandang, sikap dalam kehidupan kita sehari-hari.sehingga dalam bentuk aplkiasi kesehariannya menggambarkan akhlak Lailaha Illallah. Dan sikap ini tidak akan wujud kecuali dengan keyakinan tauhid yang kuat dan benar. Keyakinan terhadap kalimat tauhid menurut para ulama ada lima tingkatan meliputi[1]: pertama, mentauhidkan Allah dalam zatNya. Yang bermaksud bahwa Allah Adalah esa dan suci dalam zatNya, dan tidak ada yang menyerupai dirinya. Hal ini di jelaskan sendiri oleh Allah di dalam surat Al Ikhlas. Ayat diatas sangat jelas dan tegas dengan kalimat perintah {amr}"katakanlah" tidak ada Tuhan kecuali Allah.seolah dengan suka atau dengan keterpaksaan, hendaklah mengakui ketuhanan dan keesaan Allah, tidak ada sekutu baginya, tidak ada yang menyerupai diriNya dan kepada semua tempat bergantung.

Jika cara pandang kita berlandskan kepada argumentasi al quran, maka tidak akan muncul keraguan terhadap ketuhanan dan keesaan Allah, tidak akan muncul dari diri seorang muslim pemahaman serta pandangan kesatuan agama-agama {pluralisme Agama}, membenarkan ketuhanan yesus, membenarkan ketuhanan siwa, membenarkan ketuhanan ……………………… dan tuhan-tuhan yang lain.

Akan tetapi juka sumber cara sudut pandang kita terhadap ketuhanan Allah dari agam Kristen, Budha, hindu, konghuju, orientalis Atheis. Maka bukan hanya meragukan Allah sebagi tuhan bahkan menganggap bahwa yesus, siwa…………….. adalah Allah itu sendiri.

Dalam keyakinan dan pandangan Ummat islam dari semenjak rasulullah membawa risalh islam dan risalah nabai-nabi sebelunya behkan semenjak Nabi Adam di ciptakan, eksistensi ketuhan Allah tidak pernah berubah-ubah, dan Nama tuhan adalah Allah tidak pernah dig anti dengan nama yang lain. Sampai kepada para sahabat setelah kewafatan rasulullah tetap bahwa Allah itu sebagai tuhan, ulama salaf juga tidak berubah pemahamamnaya tentang bahwa allah adalah tuhan, bahkan mereka tidak pernah meperdebatkan tentang perbedaan tentnag nama Allah.para ulama khalaf juga tidak berpemahan dan berpandangan bahwa tuhan ummat islam itu sama saja dengan Tuhan yang diyakini oleh Agam Kristen, budha, hindu, konghucu dan lain. Dan sebaliknya,orang Kristen, yahudi, budha, hindu, konghucu dari dulu hingga sekarangt tidak pernah menganggap bahwa Allah adalah Tuhan mereka, dan hal itu mereka yakini.lantas kenapa kita sebagai seorang yang beridentitas muslim sok pluralis,dan humanis yang pada ujungnya menyingkirkan ketauhidan kita kepada bAllah yang kita yakini sebagai Tuhan yang berhak di sembah.

Kedua, mentauhidkan Allah dalam sifatnya. Dengan sifat-sifat yang di miliki Allah, seperti, Al Ilm {berpengetahuan}, Al Hayah {yang hidup}.Al Qudrah {memiliki kekuatan}dan sifat-sifat Allah yang lain menunjukkan kemulian zatNya yang maha tinggi. Sifat al ilm yang di miliki oleh Allah tidak bisa disamakan dengan berilmu pengetahuan yang dimiliki oleh menusia, sifat Al qudrah {kuasa} tidak sama dengan kekuasaan yang dimiliki oleh makhluk. Begitup alhayah {hidup} tidak serupa dengan kehidupan makhluk yang kita lihat dengan realita kehidupan, yang memrlukan makanan, minuman, buah-buahan tempat tinggal, kemewahan dan lain.

Tapi keberadaan Allah dengan Sifat hidupnya {alhayat}dapat kita buktikan dengan realitas alam dan keberadaan diri kita sendiri.Bumi, langit, serta segala isinya menunjukkan keberadaan pencipta.hamparan bumi, tingginya langit tanpa tiang, berbuahnya pepohonan, menunjukakan kemempuan serta kekuasaan Allah, yang dapat kita lihat dan buktikan dengan matakepala kita sendiri.cobalah kita lihat, di dalam alquaran Allah menjelaskan, sesungguhnya Allah menjadikan bumi terhampar…. …. Lagit berdiri tanpa tiang…….. bintang gemintang perhiasan di malam hari……. Air di jadikan sebagai sumber kehidupan……… manusia diciptakan dari setetes mani……… allah menciptakan makhluk berpasa-pasanngan…….. mencipatakan manusia bersuku dan berbangsa=bangsa dengan perbedaan warna kulit…… menerbitkan matahari dari timur dan tenggelam dari sebelah barat……

Dan masih banyak lagi ayat-ayatnya yang lain yang membenarkan bahwa semua realita fenomena di bumi ini adalah sebagai wujud kekusaanNya, dan kita sebagai manusia melihat itu benar-benar terjadai dan realita yang tak terbantahkan. Adakah orang yang membantah bahwa lagit berdiri tanpa tiang..? atau adakah manusia dan makhluk yang tidak menjadikan air sebagai kebutuhan pokok..? atau adakah astronom yang memberikan teori bahwa matahari terbit dari sebelah selatan dan tengeelam ke sebelah utara..? atau adakah orang yang mampu mengembang biakan manusia bukan dari air mani dan sel telur..?.. jika ada, tentu tentu teorinya itu menjdi sampah yang tidak bisa di pakai, karena tidak sesuai dengan realitas dan data empiris.

Fenomena penciptaan yang sungguh ajaib ini tentu ada yang menciptakan dengan sifatnya yang berilmu pengetahuan {Al Ilm} yaitu allah Swt.

Keyakinan serta pandangan ummat Islam tentang sifat Allah teraplikasi dalam kehidupan kesehariannya, dengan sifat Berilmu pengetahuannya Allah misalnya maka dia tidak merasa sombong dengan secuil ilmu serta penegtahuan yang ia miliki, karena ia benanr-benar meyakini bahwa Allah maha Alim dari dirinya,dengan pandangan argumentative yang besumber dari al quran…. Dan tidak aku berikan ilmu kepada mu kecuali sedikit…. Sesungguhnya Allah maha Berilmu penegethuan lagi maha tahu….., begitu juga orang memiliki kekuatan dan kekuasaan, tidak akan pernah merasa bangga dengan kekusaa dan kekuatan yang ia peroleh, karena ia punya pandanngan bahwa Allah maha kuat dan berkuasa dari dirinya…….. , orang yang memiliki harta yang berlimpah tentu tidak akan angkuh dengan harta kekayaannya itu sehingga menjadi kufur, karena ia meyakini bahwa Allah sangat dan maha kaya dan harta yang diperolehnya hanya titpan sementara………….. dan sifat-sifat Allah yang lain. Segala kemampuan apapun yang dimiliki oleh manusia dan seluruh makhluk tunduk dibawah kemuliaan sifat-sifat Allah.dan realisasi ketundukkan itu terwujud dalam bentuk ubudiyah, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Karena Dia maha dari segala maha.

Tiga,mentauhidkan Allah dalam penciptaan,{tauhid rububiyah}.

Lihatlah kehebatan Allah, penagkuan diriNaya sebagai Tuhan bukan dalam tataran retoroka {kalamNya}saja ddi dalam al quran Ana rabbukumul A'la…. Sayalah Tuhanmu yang maha tinggi, akan tetapi itu di buktikan dengan hasil kreasiNya. Untuk menunjukkan bahwa diriNya tuhan yang telah menciptakan langit dan bumibeserta segala isinya. Seperti yang di jelaskan di dalam Al quran……………..

Tauhid rububiyah bermakna bahwa seorang muslim menyakini bahwa yang menciptakan alam semesta ini adalah Allah. dengan sendirinya membantah teori bahwa alam raya ini wujud denga sendirinya, keberadaanya adalah azalai, tidak ada awal dan akhir, keberadaanya adalah atasdirinya sendiri begitu pula kemusnahannya.

Proses penciptaan langit dan bumi, pereardan bumi mengelili matahari, pergantian siang dan malam, detakan jantung, hembusan nafas serta sirulasi darah dalam tubuh manusia dan hewan, tumbuhnya bebijian pada tumbuh-tumbuhan, sungai bermuara pada laut, dedauna jatuh dari tangkainya dalam pandangan dan keyakina seorang Muslim bahwa semuanya itu Allah yang menciptakan dan Dia pulalah yang mengatur perjalanannya.cara pandang dan keyakinan itu terangkum dalam satu kalimat Lahaula wala kwwata illa billah {tidak ada daya dan upaya kecualia hanya milik Allah.. ketundukkan dankepatuhan dari seorang muslim terhadap robNya secarareflektif terungkap dari mulutnya Rabbana ma khalakta Haza batilan, ketika melihat keajaiban penciptaan Allah dan fenomena Alam raya ini, dan taanpa proses berfikir yang panjang mengucapkan, subhanaka {mahasuci engkau ya Allah} yang telah mencitkan ini semua.dan hindari ami dari siksa nerakaMU.

Inilah cirri khas cara berfikir cara pandang menurut Islam yang di jelaskan dalam Al Quran…. Seusngghnya dalam penciptaan lanit dan Bumi dan pergantian siang dan malam sebagi bukti dan tanda bagi orang-orang yang befikir….. ayat selanjutnya Allah menjelaskan kareteristik orang-orang yang benar-benar berfikir yaitu dala bendirinya, duduknya, tidurnya senantiasa mengingat Allah, dan berfikir tentang penciptaan langit dan bumi, dan dari proses berfikirnya menghasilkan ketundukan dan berpasrah diri kepada Allah.bukan sebaliknya menghasilkan kesombaongan, keangkuhan, ketamakan seprti methodology berfikir orientalis dan pengusung pemikirannya.yang mengaku sok ilmiyah dan objektif dengan agumentasi ala atheis yang memang tidak percaya kepada keberdaan Allah sebagai pencipta.

Cara berfikir dekontrusi syariat Islam, menghujat otentisitas Al quran, menghuja Rasulullah Saw. sama saja menghujat posisi Allah sebagai Tuhan.lalu dimana identitas menraeka sebagai Muslim?.... jika cara pandang dan berfikir seperti di lakukan oleh orang barat orientalis Atheis dan kafir itu wajar, karena landasan dasar cara pandanagn mereka kepda Allah adalah ketidak percayaan {atheis}Kafir sombong dan tendensi untuk menhancurkan Islam.tapi sangat kurang ajar akalu cara berfikir diatas diodopsi oleh intelektul Muslim kemudian dijadikan landasan berfikir ummat islam untuk menilai Islam. Hal ini karena Islam memiliki fremework berfikir dan cara pandang tersendiri yang sangat berbeda dengan cara berfikir dan cara pandang orientalis atheis barat, kafir, yahudi, Kristen, budah hindu dan laian.

Empat, mentauhidkan Allah dalam ibadah. Dimana pengakuan seorang hamba tentang ketuhanan Allah bukan hanya dalam tataran wacana, teori, atau ilmu pengetahuan semata. Akan tetapi diaplikasikan dalam netuk peribadatan kepada Allah semeta. Penagakuan seorang Muslim bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Swt. Tidak sekaligus keyakinan bahwa hanya kepadaNyalah temapt bergantung dan kepadaNyalah semua Mahkluk akan kembalai.

Larangan sujud kepada selai selain Allah Swt. Disebabkan karena seluruh Makhluk termasuk Manusia tidak mampu menyaingi kemampuan, kekuasaan, kesempurnaan yang dimiliki oleh Allah Swt, sebab itu Muhammad Bahjat membolehkan sujud kepada selain Allah jika : pertama, seorang yang disembah memilki kesempurnaan yang lebih dari kesempurnaan yang dimili Allah Swt. Kedua, jika seorang yang disembah ditanganyan awalmula penciptaan manusia, dan ditangannya pula akan berakhir. Kalau ada yang dapat memenuhi syarat diatas maka sila mengajukan diri jadi Tuhan. dan jika tidak mampu melakukannya, maka cepatlah bersujud kepada yang segala dan yang maha sempurna, yaitu Allah Swt. Dan adapun manusia yang masih ingkar dan tidak mau menyembah Allah, Allah berfirnarman dalam Hadist Kudsinya "silakan saja keluar dari naungan lagitKu, dan hendaklah mengungsi dari bumiKu".

Pengakuan Iman seorang Muslim kepada Allah Swt. adalah pengakuan yang tidak mendua sekaligus dilakukan dalam bentuk peribadatannya. Karena ia memilki pandangan bahwa "Allah tidak menciptakan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaNya".

Pandangan seorang Muslim bahwa penciptaan manusia untuk beribadah KepadaNya (Allah) adalah bantahan lansung dari Al Quran tentang pandangan serta paham Pluralisme Agama, yang memandang bahwa semua Agam Sama saja. Seperti apa yang disitilahkan oleh Frithjof Schuon (1907 – 1998) seorang orientalis Prancis "Ttranscendent unity Of Religions" (titik temu Agam – agama)., dimana perbedaan Agama-agama yang ada hanya pada tataran bentuk (form) aplikasi atau yang disbutanya perbedaan pada level eksetoris,yang meliputi formal, hukum, dogmatis, ritual, etika dan Moral sebuah Agama. bukan pada isi (essence) atau apa yang disebutnya sebagai level Esoterisme yang merupakan aspek metafisis dan dimensi internal Agama. Menurut Shuon esoterisme dan eksoterisme saling melengkapi. Esoteris bagaikan hati dan eksoteris bagai badan Agama. Kehiduapan beragama yang eksoteris ada pada dunia bentuk (a world of Forms), namun ia bersumber dari esensi yang tak berbentuk (the formless Essece) yang esoteris. Dimensi esoteris agama-agam itu berada distas dimensi eksoteris dan pada dimesi esoteris itulah menurut shuon terdapat titik temu agama-agam.[2]

Pandangan Chuon ini masih sangat tidak jelas, dimana dia sendiri belum meyimpulkan Tuhan yangmana yang menjadi titik temu Agama-agam itu. Adakah pada level Esoteris Agama-agama adalah Yesus (Tuhannya Orag krieten), ...... tuhannya Buhda, tahannya konghucu, tuhannya, hindu, atau tuhannya orang yang tidak bertuhan atau Allah Swt sebagai Tuhan Ummat Islam.

Jika yang dimaksudkanya adalah Tuahan yesus Mislanya, tentu dlama konsep agama selain yang memepercayai Yesus sebagai Tuhan akan menolak teori itu. Sebab garis fertikal ibadah Agama-agama adalah tuhan yang disebut dan ditujunya. Begitu pula jika Tuhan yang dimaksud mislaya Allah Swt sebagai Tuhan yang diyakini Ummat Islam, tentu islam tedak menerima dan meyakini hal itu sebab dalam pandangan dan konsep Islam, Allah tidak meyerupai Makhluknya dan tidak ada yang setarapun denganNya".apalagi Allah disebut Yesus, Wangcinghang...... dan lain.... Dan bahkan Agama yang tidak menyakini islam membantah konsep ini, begitupun Agama-gama yang lain.

Sebenarnya jika kita melihat pandangan Shuon ini tidak memiliki argumentasi yang tcukupl. Sebab bagaimana mungkin dalam level Eksoterois Agama-agama berbeda kemudian dalam level esoterisnya menuju tiik yang satu. Ada pepatah mengatakan " banyak jalan menuju 'jakarta'". Kalau mengikut kata pepatah ini jelas sekali tujuannya, bahkan Nama tempat Tujuannya adalah "jakarta". Jika memang betul bahwa dala tataran eksoteris Agama-agama itu berbeda dan berada dalam level esoteris yang satu, harus ditunjukan Tuhan Mana satu yang dituju. Atau seperti kata mereka yang mendukung pemikiran Schoun ini "banyak jalan menuju kebenaran". Ketika ditanya, kebenaran menurut konsep siapa dan landasan apa. Merekapu semakin bingung tidak menemukan jawabannya. Maka muncullah teori "relativitas kebenaran" mereka menganggap tidak ada yang mengaku benara dan tidak ada yang disalahkan. Dalam ha ini seorang pengusung pemikir orientalis Ali Harb menegaskan, kebenaran akan menjadi kebenaran minimal dari apa yang seharusnya “benar” pada batas, pada waktu, dan wilayah kebenaran yang bersifat universal. Sehingga, pada akhirnya kebenaran ada pada ungkapan; “tidak ada sesuatu pun yang dapat dibenarkan atau dipersalahkan. Kita, misalnya, tidak bisa menilai bahwa barat itu baik dan benar secara universal, dengan menilai timur itu salah dan jelek secara universal pula,” kata Ali Harb.

Pandangan Ali Harb ini sebenarnya mengusung pandangan Riedrich Wilhelm Nietzsche (Röcken dekat Lützen, 15 Oktober 1844 – Weimar, 25 Agustus 1900), adalah seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno.

Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran' atau dikenal dengan istilah filsafat perspektivisme. Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan" (dalam Also sprach Zarathustra). Pandangan yang sangat berpengaruh dari Friedrich Nietzsche adalah tentang "Nihilisme" Yang mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. Nihilis biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini: tidak ada bukti yang mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain.[3]

Pada perkembanga selanjutnya timbulnya pemikiran Pluralisme Agam yang diusung oleh John Hick yang memiliki lima tipe pluralisme yang dikembangkan Hick; Normative religious pluralism, Soteriological religious Pluralism, epistemological religious pluralism, Alethic religious pluralism, dan deontic religious pluralism. Kelima-lima bentuk pluralisme ini pada dasarnya mengajarkan bahwa jalan untuk keselamatan itu bukan satu tapi bervariasi. Ia dapat diperoleh dari agama lain selain Kristen, karena agama lain tersebut juga mengandungi kebenaran.[4]

Pemikirin orientalis ini sangat rancuh dan tidak menunjukan konsistensi epistemology yang jelas. Bagaimana mungkin pada pandangan chuon yang masih mengakui keberadaan sekaligus kebenaran pada level eksoteris Agama-agama, hanya saja semuanya menuju pada titik yang satu. Atau "kebenaran-kebenaran yang ada dalam setiap agama itu menuju titik yang satu". Tiba-tiba nezthe memunculkan teori bahwa "bahwa kebenaran itu relative". Dengan sendirinya membantah teori Shuon bahwa kebenaran Agama-agama dalam level eksoteris itu tidak ada, karena bisajadi pada tingkatan kebenaran Aksetoris menrut Islam tidak benar menurut level aksetoris kristen yahudi konghucu..dan lain-lain. Lalu mereka mengatakan bahwa Kebenaran itu itu menjdi "benar" jika kebenaranya bersifat universal.

Pandangan ini sama saja mengatakan bahwa, penyembahan Allah swt bagi ummat Islam dengan Sholat lima waktu adalah tidak benar, karena belum tentu apa yang dilakukan oleh orang Muslim dianggap benar oleh orang Yang beragam lain. Atau konsep islam politik tidak benar karena agama lain memandang itu tidak benar., begitupun jika orang kristen sembahyang di gereja dan menyembah Tuhan Yesus dianggapnya tidak benar, kerana belum tentu benar meurut Agama-agama yang lain. Lalu apa yang benar menurut mereka?. Yang benar adalah kebenaran yang bersifat "Universal".

Bagaimana mungkin kebenaran suatu agama diakui oleh agama-agama lain, seperti orang Islam mengakui ketuhanna Yesus,....................................... atau kristiani mengakui Tuhan Ummat Islam, Alquran mengakui kebenran Injil, atau injil mengakui kebenaran kitab wedah dan lain-lain.

Dalam hal ini teori "Pluralisme Agama" yang dipelopoei Jhon Hick yang menganggap abahwa kebenaran yang bersifat universal itu adalah "memandang dan mengakui semua agama-agama benar". Dan standar kebenaran yang digunakan bedasarkan "akal".

teori Hick ini dengan sendirinya menghantam teori Shoun yang masih mengakui titik temu agama-agama dalm bentuk esoteris atau transcendent. Sebab hict tidak lagi menganggap adanya kebenaran esoteris Agama-gama yang diakui oleh Schoun, sebab itu hich menganggap "kematian Tuhan" dan tuhan itu apa yang dianggap oleh akal sebagai Tuhan. lantas man yang dianggapnya dalam agama memeliki Ttranscendent unity Of Religions". Atau mana yang disebut sebagi Transcendent dalam Agama kalau apa yang dianggap tuhan oleh akal, sebagai Tuhan.

dalam konsep agama manapun tidak ada yang disebut sebagai sesuatu yang transcendent berdasarkan akal atau apa yang disebutnya sebagai intellec. Hatta dalam agama kristen itu sendiri. Agama kristen misalnya menganggap Yesus sebagai Tuhan. secara akal manusia normal sangat tidak masuk akal, sebab bagaimana bisa yesus yang zatnya sebagia manusia tiba-tiba menjadi Tuhan, awlanya manusia tiba-tiba dalam perkembangannya menjadi Tuhan.

tapi realitanya Ummat kristiny masih meyakini itu, karena dianggapnya sebagai suatu yang tidak perlu dipikirkan dengan akal manusia yang terbatas. Walaupun sebenaranya secara akal itu sndiri tidak dapat diterima.

Begitu pula dengan Allah Swt sebagai tuhan Ummat Islam,yang eksistensi kewujudanNya tidak nyata dalam bentuk ZatNya. Tapi kewujudan Allah Swt dapat di lihat dengan keberadaan realitas Alam. Dalam teori Imam Al Ghazali mengatakan bahwa "tidak ada sesutu yang ada kecuali ada yang mengadakan". Sebab dalam konsep Islam mengajarkan "berfikirlah tentang ciptaan Allah dan jangan berfikir tentang ZatNya." Secara otomatis bahwa akal manusia tidak dapat menjagkau hal-hal yang metafisis. Maka apa jadinya jika Tuhan itu apa yang dianggap Tuhan oleh akal Manusia. Tuhan hanya dijadikan mainan dan berubah-ubah bentuknya, seperti yang terjadi di dunia Barat. Dan apa jadinya jika semua standar kebenaran itu adal akal manusia. Kebenaran akan berubah-ubah sesuai dengan kebenaran akal universal.

Pluralisme Agama tidak sesuai dengan konsep dan cara pandang Islam. Sebab seorang muslim yang tuduk dan taat kepada Allah. Senantiasa berada dalam bingkai Agama (Al din). Yang didalamnya memiliki konsep tersendiri bagi dalam level eksoteris maupun esoteris.

Dalam level eksoteris misalnya, agama mengajarkan tentang interaksi dengan non-muslim misalnya Islam mengajaekan agar saling kenal mengenal, melakukan interaksi humanisme..... Alquran.... tentunya dengan sikap saling hormat menghormati,tidak saling cela mecela antar saru dengan yang lainnya Qs.......

Semua interaksi kemanusian diatas oleh diajarkan oleh Islam sebagai Agama. Dan barangkali dalam agama lainpun mengajarkan seperti itu, itu sangat wajar dan tidak perlu dikagumi.

Namun demikian, kesamaan dalam level eksoteri seperti beberapa contoh yang telah disebut diatas bukan bererti bahwa dalam level esoteris juga memiliki kesamaan, karena islam sangat jelas mengajarkan bahwa, tidak ada Tuahan kecuali Allah, tidak ada yang serupa denganNya, tidak beranak, dan tidak pula diperanakn, dan hanya kepadaNya temapt bergantung, dan kepadaNya semua akan kembalai.

Dalam level Esoteris kita sebagai Muslim meyekini bahwa yang berhak menghapus dosa hamba hanyalah Allah..... Qs.... sedangakan orang krinten menganggap Almasih sebagai anak Tuhan dan dialah yang mengahpus dosa, dalam agama budha dewa....... sang penghapus dosa, dalam agama hindu........ dan lain-lain... semuanya masing memiliki pandangan yag berbeda, bagaima bisa katakan memiliki kesamaan dalam level esoteris..

Sebab itu dalam hal ini islam mengambil sikap tegas seperti yang dijelaskan dalam alquaran... BagiMu agamamu, dan bagiku agamaku,.... tidak paksaan didalam agama, tapi perlu disadar dan digarisbawahi, bahwa pandangan kita tetap Islam sebagai agama yang benar dan agama yang diridhoi Allah, dan agama yang lai adalah agama yang tidak diterima disis Allah dan teramasuk orang-orang yang merugi.

Cara pandang inilah yang membuat kita sebagai Muslim dan mereka (barat) memiliki perbedaan yang sangat mendasar, mereka mengakji islam masih sebatas pandangan akal yang terbatas, sedang kita sebagai Muslim terbentuk dalam pandangan keyakinan, akal pikiran sekalis tanggungjawab.

Liama, mentauhidkan Allah dalam hukum Syar`i. Diama seorang muslim memandang bahwa segal keputusan dan undang Allah adalah keputusan yang pertama dan utama.(surat Al Tin Terakhir)

Keyakina seorang Musli denngan ketuhanan Allah bukan hanya dalam tataran interaksi ibadah Mahdhoh, sperti sholat, Puasa, Zakat, Haji dan lain-lain. Akan tetapi juga mengatur dalam tatarn sosial kemasyarakatan dan negara. Hal ini dilkukan sendiri oleh Rasulullah sebagai suri tauladan, keika 13 tahun lamanya di mekah dalam rangak proses embentukan generasi pengemban amah da`wah, dengan memantapkan imamnya dan keyakinannya terhadap Allah Swt. kemudian Allah menyuruh Nabinya untuk berhijrah ke Madinah untuk mengaplikasikan ketauhidannya itu dalam netuk negara.

Walaupun tidak satua ayatpun yang tegas menyuruh Nabi untuk mendirikan negara seperti halnya ayat-ayat tentang sholat dan puasa mislanya, tapi bisa kita simpulkan melalui ayat-ayat yang turun di madinah mayoritas yang berhubungangan dengan khidupa sosian dan ketatanegaraan. Sebab itulah Rasulullah Saw menerapkan Islam dalam bentuk aplikasi dimadinah bukan saja dalam hal-hal riyual akan tetapi dalam kebijakan prasktis, menjalin hubnga antara muhajri, ansor dan Yahudi dimadiah dengan menjadikan masjid sebagai sentralisasi kebijakan poltik.

Adapun tauhid dalam wilayah undang-undang meliputi tiga hal :

Pertama, Tauhid dalam Hakim, yang bermaksud bahwa segala hal yang berhubungan dengan hukum dan wilayat, dijelaskan didalam Al quran bahwa keduanya adalah milik Allah Swt semata, sebagai didalam firmanNya "sesungguhnya milikNya penciptaan dan segala urusan" dan dalam firmnanya "bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya".

Kedua ayat ini bukan berarti bahwa Allah Swt sendiri yang terlibat dalam proses hukum yang terapkan, serta mengurus segala undag-undang yang berhubungan dengan manusia secara langsung.... hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Khawarij kepada Sayidina Ali bin Abi Taholib "sesungguhnya hukum itu hanya milik Allah Swt, bukan milikmu wahai Ali... dan bukan juga milik kroni-kronimu"[5] – akan tetapi yang dimaksudkan bahwa Allah sebagai 'hakim' adalh manusia menjalankan hukum-hukum yang telah dituunkan oleh Allah Swt.. dan segala jeni hukum dan undan-undang apapun yang tidak bersandar kepada hukum-hukm yang telah ditetapkan Allah Swt, adalah terkeluar dari hukum islam.

Kedua, tauhid dalam ketaatan, yang bermaksud bahwa ketaatan yang hakiki hanya kepada Allah Swt semata.. jika Allah menyuruh kita untuk taat kepada Rasul-RasulNya, sesunggunya ketaatan terhadap mereka bukan karena Zat yang mereka milki akan tetapi karena perintah ketaatan itu perintaha Allha Swt yang patut kita ikuti. Sebagaiman firman Allah Swt "

من يطع الرسول فقد اطع الله

Artinya "barangsiapa yang taat kepada Rasul maka sesungguhnya telah taat kepad Allah"[6]

Ayat diatas menjelaskan tentang peran Rasul dalam menjalankan hukum serta undang-undang yang telah ditetapkan Allah Swt. hal itu karena peran Rsulullah adalah sebagai penjelas ayat-ayat Allah terhadap manusia. Sebagaiman firman Allah Swt

Artinya "keterangan-keterangan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan"[7]

Penjelasan rasulullah tentang ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk didalam penjelasan sekaligus penerapan undang-undag Allah yang telah ditetapkan didalam Al quran.



[1]. lihat ,Allah fil aqidatilIslamiyah, Ahmad bahjat, Dar Asyuruq Kairo Mesir 2006 hlm14 - 17

[2] Majalah ISLAMIA, THN 1 NO3/SEPTEMBER-NOVEMBER 2004, hlm 15

[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Nihilisme

[4] http://www.insistnet.com/content/view/24/34/

[5] Ibid…….. hlm 16

[6] Qs. Annisa 80

[7] Al Nahl 44

No comments: