Sunday, April 26, 2009

MODERNISASI BARAT, RESPON KRISTEN DAN PANDANGAN ISLAM

Modernisasi Barat yang mencapai kegemilangannya pada abad 18 M setelah mengalami proses pencerahan (rinascence) dan setelah mengalami abad kebodohon (Dark ages) selama ribuan tahun (1000 thn) . kini barat mengalami perubahan yang sangat menakjubkan.
Gerakan modersnisasi yang diawali dengan filsafat mekanika ini membawa Barat kepada kehidupan baru yang lebih modern dan bertehknolgy yang dapat mempengaruhi dunia secar global, bukan saja dari sisi pembangungan material, struktur dan infastruktur tapi juga perubahan metode berfikir, gaya hidup ( life style), cara berpakaian, berpolitik, berekonomi hingga bergeser kepada cara sudut pandang serta pandangan hidup masyarakat yang merembes pada gesernya doktrinitas agama.
Perubahan-pereubahan itu pada satu sisi memberikan keuntungan kepada manusia, serta dapat menikmati fasilitas modern yang memudahkan segala urusan, namun pada sisi lain yang tidak boleh dipandang remeh adalah efek negatif dari modernisasi yang masuk pada wilayah teologi yang menjadi sebuah pemahaman modernisme yang merubah cara sudut pandang ketuhanan dan agama menurut cara sudut pandang modernis Barat.

Dari Modernisasi Ke Modernisme

Pergeseran akidah dan perubahan cara sudut pandang adalah hasil adapsi modernisasi Barat yang menggiurkan. Karena orientasi modernisasi Barat memiliki terminilogi khusus yaitu modernisasi paham Agama. Seperti yang di ungkapkan oleh Muhammad Hamid An Nashir, “yaitu sebuah sudut pandang religus yang disandari oleh keyakinan bahwa kemajuan ilmiyah dan budaya modern membawa konsekwensi reaktualisasi sebagai ajaran keagamaan tradisional mengikuti displin pemahaman filsafat ilmiyah yang tinggi.


Cara sudut pandang barat tentang agama disamakan dengan cara pandang mereka tentang filsafat yang senantiasa berubah ubah sesuai dengan perkembangan gaya berfikir dan zaman. Sehingga definisi modern yang di buat oleh barat sesuai dengan keinginanan dan orientasi mereka. Secara etimologi barat mendfinisikannya “using news style or ways of thinking” atau “ to change so that it use new equipment or new ideas”.


Definisdi diaatas memiliki makna yang komprehensif yang bukan saja berhubungan dengan perubahan gaya hidup (life style) atau perubahan alat-alat kuno menjadi modern, akan tetapi juga perubahan cara berfikir (new ways of thinking) dan perubahan cara sudut pandang (new ideas). Dari sinilah dapat kita ketahui bahwa stresing utama modrenisasi Barat adalah perubahan cara sudut pandang terhadap agama, karena historis munculnya modernisasi itu sendiri adalah penolakkan masyarakat barat terhadap Agama khususnya agama Kristen dan Yahudi, yang dianggapnya tidak menghormati akal dan ilmu pengetahuan.


Pergulatan antara gereja dengan gerakan reformasi modern melahirkan pengaruh yang sangat kuat pada agama nasrani itu sendiri sehingga menimbulkan pertarungan fisik antara pihak gereja dan pendukung modersisasi. Yang memenelan korban jiwa, berbagai penyelidikan , talah melakukan pembakaran brutal terutama sekali terhadap para tokoh pemikir dan para ulama , sekitar 18 tahun, dari tahun 1481M. pendukung gerakan modernism telah berhasil mebakar hidup-hidup 10. 220 orang dan mebantai 61.860 lainya, 970.23 lainya mereka siksa bahkan merekapun membakari kitab-kitab Taurah berbahsa ibrani.
Benturan pemikiran dan fisik yang terjadi di barat pada saat munculnya gerakan modernisasi, sebab utamanya karena kalangan modrenis menganggap bahwa gereja membekukan otoritas intelektual selain segala kebijakan gereja menjadi kebenaran absolute. Mereka menganggap bahwa agama mereka tidak memberi posisi kepada akal dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman lagi.
Tharnon Store, salah seorang penulis inggris berkata, “modernisasi sendiri adalah sebuah upaya yang di kerahkan oleh sekelompok pemikir dalam mengetengahkan realitas ajaran agama nasrani dalam modus ilmu pengetahuan modern, kita sekarang tidaklah mengenakan pakaian kakek-kakek, kita tidak berbicara dengan bahasa mereka, kita tidak percaya bahwa bumi adalah pusat orbit matahari seperti yang mereka percayai, kenapa dalam ajaran ketuhanan mengajarkan kita untuk menggunakan cara befikir yang sudah kolot, celakalah ajaran gereja yang menutup mata dan tidak mau melihat kenikmatan ilmu pengetahuan modern”.
Awal dari ketidak percayaan masayrakat Barat terhadap gereja salahsatunya adalah bermula pada problem teks bible, siapa yang menuslis bible itu (Who Wrote the bible?) sebenarnya, kemudian hubungan antara teks bible dan sains, walaupun interpretasi bible secara rigid dan litreral dengan dukungan teology sekalipun masih belum mampu menghadpi perkembangan sains yang terjadi diluar gereja. Salah satu contoh ketidakmampuan gereja mengahadapi sains adalah pernah menghukum ilmuwan seperti Galileo Galilei (1564-1642) karena mengekspos teori “ bahwa matahari adalah puasat tata suriya (heliocentric). Hal itu dilakukannya untuk mempertahankan hegemoni kekuasaan gereja – yang memiliki doktrin bahwa gereja tidak pernah salah (Infallibility) karena merupakan wakil kristus dimuka Bumi.
Otoritas gereja yang tidak ilmiah ini membuat masyarakat Barat berontak, dan pada perkembambangannya gereja akur dibawa arus modernisasi barat yang mengakui elastisisitas agama dalam mengahadapi perkembangan zaman, lalu melakukan keritik terhadap ajaran Taurat dan injil dalam bingkai penelitian yang mereka sebut kritik historis.
Pendeta luis dalam bukunya, Injil Markus, Matius dan Lukas yang muncul tahun 1907 M. menyatakan, “sesungguhnnya injil dengan wujudnya sekarang mengandung banyak takhyul dan dongeng, oleh sebab itu tidak mungkin berasal dari kalimat Tuhan yang suci, termasuk ajarannya yang bersifat goib dan supra natural”.
Mengingat begitu hebatnya kontroversi teologis kiristen dan trauma barat terhadap hegemoni gereja ketika memgang eksklusivisme teologis menjadikan masyarakat barat trauma dengan agama, bukan saja dengan agama Kristen dan Yahudi yang mereka anggap irasional tapi juga kepada agama-agama yang lain termasuk Islam yang dituduhya penghalang perkembangan modernisasi.
Kondosi traumatis di dunia Barat mendesak mereka utnuk melakukan perubahan terhadap agama, seprti menempatkan Agama Kristen sebagai agama personal dan membatasi wilayah kekuasaanya, dan melakukan proses libralisasi serta merubah (dekontrusi) besar-besaran terhadapa doktrin Kristen.
Dalam bidang politik, mereka melahirkan kosep sekularisme, dalam bidang teology, mereka mengembangkan konsep teologi terbuka (inklusif) dan persamaan (pluralis), yang menolak kleim Kristen sebagai satu-satunya Agama yang benar. Dalam bidang organisasi keagamaan, mereka menghantam 'formal Religion' dan mengembangkan konsep agama sebagai aktivitas, dalam bidang kajian kitab suci, mereka mengembang metode interpretasi 'hermeneutika' yang mendekontruksi konsep bible sebagai "the words of God" dan mengembangkan metode historical criticism (kritik Historis) terhadapa Bible.
Proses modernisasi Barat adalah usaha memodernisasikan agama, mendesak agama agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Manusia. jadi Agama yang mesti mengikuti perubahan dan perkembangan Zaman, jika teks Agama (kitab suci) tidak sesuai dengan konteks Zaman, maka teks itu tidak perlu dipakai, bahkan melakuka dekonstruksi teks agar sesuai dengan konteks Zaman.
Bagi modernis Barat, yang tidak melakukan perubahan terhadap Agama adalah Fundamentalis, yang benci dengan modrenisasi dan perkembangan. Maka dibuatlah definisi fudamentalis sebagai 'masyarakat beragama yang benci terhadap modern'. Seperti yang didefinisikan oleh Karen Amstrong yang memandang fundamentalisme sebagai bentuk spiritualitas yang disajikan untuk melawan (embattled), yang muncul sebagai respon atas krisis yang dirasakan. Disini nampak apa yang dimaksud Karen adalah bentuk kekhawatiran bahwa modernitas akan mengikis bahkan memberangus keyakinan (relegius) dan moralitas, Adapun Bruce Lawrence dalam bukunya Defenders of God: The Fundamentalist Revolt Against the Modern Age lebih memilih untuk mendefinisikan fundamentalisme sebagai usaha penegasan otoritas keagamaan yang holistik dan absolut, yang tidak memberikan tempat bagi kritisme serta reduksi; usaha ini diekspresikan lewat tuntutan kolektif agar prinsip-prinsip ketaatan dan etika spesifik yang diambil dari teks suci secara umum dikenal dan secara legal dijalankan. Sedangkan Jeffrey K. Hadden dan Anson Shupe dalam buku mereka Secularization and Fundamentalism Reconsidered cenderung melihat fenomena fundamentalisme sebagai sebuah pernyataan terhadap otoritas yang diklaim ulang berlandaskan tradisi suci untuk digunakan sebagai (obat) penangkal bagi masyarakat yang telah menyimpang dari tambatan budayanya..

Respon Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan

Jika modernisasi Barat yang melahirkan plurislisme agama, sekularisme, dekonstruksi teks kitab suci karena traumatis masyarakat barat terhadap doktrin gereja, maka sungguh aneh jika kemudian ummat Islam ikut mengusung paham modernisme dan mencari-cari akarnya dari teologi islam.


Perkembangan sains di dunia Islam tidak seperti apa yang dialami oleh Barat, dan tidak ada dalam catatan sejarah bahwa Islam menentang sains dan ilmu pengetahuan. Islam adalah pioner sains modern. Seorang penulis yang bernama Seeger Bedhoneka berkata: `Fitrah Ilmiyah yang benar-benar Ilmiyah ini yang membuat anak-anak Gurun sahara bangkit, suatu kebangkitan ilmu yang nyata dan paling menakjubkan serta mengagumkan dalam sejarah kemajuan akal Manusia. Kepemimpinana anak-anak gurun sahara yang memblokakade bangsa-bangsa berperadaban kuno, mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki peadaban lain dalam bidangnya dan bangsa-bangsa bodoh kala itu berdiri terheran-heran melihat mu`jizat akal yang luar biasa ini bahkan mereka bingung memikirkan sebab dan bentuknya’. Lebih lanjut ia berkata : `Bangsa Eropa benar-benar berhutamg budi pada bangsa Arab dan peradaban mereka. Hutang yang melingkari leher bangsa eropa dan benua lainnya sangat besar’.


Seorang peneliti dari Jerman Ny. Dr. Zigrid Hunakeh dalam bukunya “Kebudayaan Islam di Eropa” menyiinggung berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan industri kaum Muslimin. Beliau dalam Mukaddimah bukunya menulis: `Meski dunia islam timbul di Eropa sepanjang 1400 tahun, namun berbagai informasi mengenai peradaban Islam sangat sedikit mereka peroleh bila dibandingkan dengan peradaban lainnya, meski demikian, kebanyakan informasi menganai Islam adalah salah dan ini merupakan dosa orang barat dalam penulisan sejarah, yang senantiasa mencegah menjelaskan hakikat yang benar. Para penulis sejarah kristen sengaja melakukan penyelewengan terhadap kaum Muslimin, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang besar berupa peradaban Islam nampak menjadi remeh dan tidak ada artinya sama skali. Bahkan para penulis sejarah yang baru, juga melakukan tehnik meremehkan semacam ini, sekecil apapun konspirasi yang nampak mereka tutup mulut dan membiarkan hal itu terus berlanjut’.


Jhon M. Hobson dalam bukunya, The Eastern Origin Of Western Civilization menjelaskan, bahwa pemikiran Timur sangat mempengaruhi perkembangan dan pemikiran di dunia Eropa pada masa renascence, seperti pemikiran orang-orang China,pemikiran orang-orang Islam pada masa Dinasti Ummayyah, Abbasiyah dan kerajaan Fthimiyah di Afrika utara khususnya di bidang perdagangan.
Pengakuan Ilmuwan Barat diatas membuktikan bahwa islam sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan karena memang landasan dasar wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammd sebagai pembawa risalah berperdaban adalah Ilmu pengethuan (lihat Surat al Alaq 1-5). Jadi tidak benar jika Barat menuduh Islam sebagai agama anti dengan perkembangan ilmu pengetahuan kerena tidak berdasarkan argumentasi historis yang jujur, jadi yang benar adalah Barat ingin merusak doktrinitas agama-agama khususnya Islam dengan slogan modrnisasi.

Wallahu A`lam

No comments: