Sunday, March 22, 2009
Definisikan Islam Dalam Kehidupan Anda
definisi Islam tidak akan wujud dalam bentuk kebenaran kecuali diaplikasikan dalam bentuk moral dan undangn dalam kehidupan, menjadikannya tujuan hidup, mengajak orang lain kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran dari bentuk teori ke bentuk praktis.
Menurut al-Ghozali Kata Islam menghimpun dua kalimat yang tidak boleh dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, pertama, pengakuan Lâilâha illallâh (tidak ada Tuhan kecuali Allah). Kedua, pengakuan Muhammadan Rasûlullâh (Muhammad Adalah Utusan Allah).
Menurut beliaua, Kesaksian dengan ketuhanan Allah dan pengakuan risalah kemuhammadan (dua kalimat syahadat) bukanlah untuk kebanggaan seseorang atau peringatan bagi sekelompok saja, akan tetapi Ia merupakan gabungan dari kebenaran-kebenaran yang tergambar dalam bentuk teori ilmu pengetahuan kepada bentuk amal perbuatan.
Jika al-Qur`an adalah hidayah Allah kepada seluruh makhlukNya, Maka Muahammad Adalah aplikator yang menjadikan al-Qur`an itu hidup. Atau dengan ungkapan lain, seperti yang dikatakan oleh Komar Oniah Kamaruzaman bahwa “There are two component to the creed. The first is the proclamation that there is no other God, none, except Allah Almighty. The second is the proclamation that Muhammad is the messenger of God, a Rasulullah. It is also actually proclamation and recognition of the elements of the transcendent and Immanent. Thus, Allah. The transcendent, divine, is made comprehensible to mankind by, the messenger, the human, the immanent. In short, the transcendent is made known to mankind by the immanent or the Divine by the Human. Hence, the two components of the creed complement each other and are thereof rein separable.
Pemahaman tentang definisi dan makna Islam lebih di pertajam oleh Muhammad Kutb, Beliau berkata begini. "Islam dalam makna umumnya adalah, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Swt, tidak mempersekutukannya dan tunduk secara sempurna atas segala perintahNya." menjadikan seluruh akal pikiran, perasaan, aktivitas, semuanya berlandaskan kepada undang-undang yang telah ditetapkan Allah Swt.
Menurut Muhammad Kutb, Orang Islam belum memahami kalimat, "Asyhadualla ilaha illallah, wa anna Muhammad Rasulullah" jika kalimat ini hanya dilantunkan dengan lisan, tanpa adanya keyakinan yang mendalam serta realisasi dalam bentuk amal perbuatan.
Sebab itu, pemahaman dan definisi Islam yang tertuang dalam dua kalimat Syahdat sacara benar dan komprehensif menurut pandangan Muhammad Kutb, dapat di ringakas sebagai berikut;
Pertama, bahwa Allah Swt. Adalah satu-satunya pemilik alam raya, dan satu-satunya yang mengatur segala fenomena yang terjadi didalamnya, (baik yang dapat di jangjau oleh pancaindera manusia atau yang diluar jangkauan), dan Dialah Tuhan satu-satunya yang berhak disembah, dengan sepenuh ketundukan serta ketulusan hati.
Kedua, pemahaman kalimat "tidak ada Tuhan kecuali Allah" semakin meningkat, dimana penagukuan bahwa Allah Swt. Adalah satu-satunya pemilik hukum. Dialah yang memberikan sayariat kepada manusia serta meletakkan undang-undang kehidupan. Maka mengikuti undang-undang-Nya adalah realisasi dari pengakuan syahadat.
Sayyid Ahmad ibnu Athoullah Aliskandary menerangakan "bahwa Islam memiliki makna realitas (Zhohir) dan sekritas (Batin), yang dimaksud dengan Zhohir adalah sesuai dengan ketentuan Allah Swt dan yang dimaksud denngan Bathin adalah tidak bertentangan dengan ketetpan-Nya. Beliu mendiskripsikan Islam itu seperti anotomi Tubuh yang tidak saling bertentangan dan penyerahan serta ketundukan (al istislam) adalah hati. Islam laksana Sebuah gambar dan istislam (penyerahan dan ketundukan kepada Allah) adalah esensi dari gambar tesebut. Islam sebagai sesuatu yang realitas dan penyerahan diri adalah esensi dari realitas tersebut.
Begitulah Islam yang dipahami oleh seorang Muslim, yang tidak mendikotomi atara fiksik dan metafisis, riil dan esensi, Zhohir dan bathin, spiritual dan intelektual, perkataan dan perbuatan. Semuanya itu bagi seorang muslim adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan antara satu dengan yang lainya. Sebab itu belum dikatakan seorang Muslim jika mengaku Islam tapi tidak Istislam.
Sebagai kesimpulan dari definisi Islam secara terminologi dapat diringkas sesuai dengan Hadist Rasulullah, ketika malaikat Jibril bertanya kepda Nabi “beritahukan kepadaku, apa itu Islam? Rasulullah menjawab, Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan sholat, menuanaikan Zakat, berpuasa pada bulan ramadhan dan beribadah haji jika kamu mampu”.
Hadist diatas menunjukkan bahwa Islam mengandung teori dan praktek, yang tidak dapat dipisahkan antara keduanya. Mengaku adanya Allah berarti wajib menjalankan segala perintah-Nya dan menjahi segala larangan-Nya.
Seorang yang mengaku dirinya Muslim tentu memiliki responsibelitas dan konsekwenasi terhadap sebuah definisi. Ummat Islam memiliki tanggung jawab setelah bersaksi tentang ketuhanan Allah Swt, tanggunga jawab itu disebut dalam bukunya Muhammd qutb, mestilah beretika dan berundang-undang Lâ ilâha Ilallâh.
Disinilah perbedaan antara kita-sebagai Muslim yang berbicara tentang Islam dengan orientalis-Barat yang mengkaji Islam. Orientalis-Barat tidak punya konsekwensi apa-apa dalam menjelasakan apapun tentang Islam, karena mereka berada di luar Islam, maka tidak heran kalau mereka menghujat Islam, menghina Nabi, menuduh al-Quran sebagai kitab kuno, menghujat kebanaran syariat Islam dan lain-lain sebagainya, dan itu mereka anggap sebagai kajian imiyah yang obyektif.
Yang lucunya, beberapa pemikir Islam kagum dengan mereka, lalu menyebarkan wacana-wacana gersang itu ke masyarakt muslim, bahkan karangan mereka dijadikan refrensi utama dalam studi Islam dan di patenkan menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa di perguruan tinggi Islam.
Orientalis-Barat dengan wawasan ilmu penegtahuan, memahami Islam secara mendalam, bahkan diantara mereka ada yang mengakui kebenaran Islam, tapi mereka tidak akan pernah mengakui bahwa Tuhan itu Allah Swt, Nabi Muhammad Itu Rasul yang perlu di teladani, kemudian mendirikan sholat, menuanaikan Zakat, Berpuasa, Melaksanakan Haji. Penegatahuan mereka tentang Islam hanya ingin mencari kepuasan intelektual yang tidak memiliki konsekwensi apa-apa. Apakah kita mau seperti mereka..?
Menurut hemat penulis, orang yang mau berbicara tentang Islam secara obyektif handaklah ia masuk kadalam islam serta menjalankan segala ketentuan-ketentuan Islam dan ajaran-ajaran yang ditetapkanNya, sehingga dalam mengungkapkan sesustu tentang Islam bukan hanya berdasarkan teori Ilmu penegtahuan tapi berlandaskan cita rasa yang dialaminya didalam Islam itu sendiri.. dan inilah yang dilakukan oleh para Ulama Salafu Asholeh dahulu dan para ulama khalaf yan sholeh. Melihat Islam itu dengan pandangan hidup Islam, dan pandangan hidup Islam itu akumulasi yang tidak boleh dipisahkan dari teori dan aplikasi. Teori yang dikmaksudkan adalah yang berhubungan dengan pengetahuan tentang Islam yang melahirkan keimanan, dan adapun aplikasi yang di maksudkan adalah realisasi dari pengakuan keiamanan itu dalam bentuk tindakan.
Dalam konsep dan pandangan Hidup Islam antara iman dan amal sholeh adalah untaian mata rantai yang tidak boleh terpisah. Iman tanpa amal sholeh adalah gersang seperti orang kafir yang mengaku bahwa bumi, langit dan dirinya adalah ciptaan Allah, tapi mereka tidak menyembah Allah sesuai dengan syariat yang telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul-Nya. Amal sholeh tanpa Iman kepada Allah laksana fatamorgana, yang bukan menjadi catatan kebaikan di Akhirat kelak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment